Friday, 28 October 2011

Hakikat manusia menurut pancasila

Hakikat manusia menurut Pancasila

Pancasila memandang hakikat manusia memiliki sudut pandang yang :
ü  Monodualistik dan Monopluralistik
ü  Keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
ü  Integralistik, kebersamaan, dan kekeluargaan
Dari apa yang saya kutip dalam makalah di blog Ayu Meilana (http://ayumeilana.blogspot.com/), hal yang diatas tersebut merupakan bagian dari konsep manusia Indonesia seutuhnya.
Jadi begini, konsep manusia Indonesia  seutuhnya dikembangkan atas pandangan hidup bangsa Indonesia yakni pancasila, yang menganut paham integralistik disesuaikan dengan struktur sosial masyarakat yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. (sudah jelas disitu ada paham integralistik dan ber-Bhinneka Tunggal Ika yang berarti sudut pandang dari integralistik, kebersamaan, dan kekeluargaan.)
Kemudian dengan pandangan hidup pancasila, pengembangan manusia Indonesia seutuhnya diusahakan agar hidup selaras, serasi, dan seimbang dalam konteks hubungan manusia dengan ruang lingkupnya. (hal ini sesuai dengan sudut pandang keselarasan, keserasian, dan keseimbangan.)
Dan selanjutnya, sesuai dengan dasar pengendalian diri dalam mengejar kepentingan pribadi, maka manusia Indonesia yang mendasarkan diri pada pandangan hidup pancasila dalam mewujudkan tujuan hidupnya, memiliki kesadaran bahwa setiap gerak arah dan cara-cara melaksanakan tujuan hidupnya senantiasa dijiwai oleh pancasila. (dari hal ini monodualistik terdapat pada kepentingan pribadi yang artinya sama dengan individual, yaitu individu yang mendasarkan diri pada pandangan hidup pancasila untuk tujuan hidupnya.  Sedangkan monopluralistik,  yaitu tujuan hidup tersebut senantiasa dijiwai oleh pancasila.)
Jadi itulah penjelasan singkat dari sudut pandang hakikat manusia berdasarkan pandangan pancasila.

Hakikat manusia

BAB I
HAKEKAT MANUSIA

1.    PENGANTAR
Bab ini berisi bahasan tentang hakikat manusia yang mencakup alasan pentingnya pengkajian hakikat manusia, pendekatan dalam pengkajian manusia, manusia tinjauan evolusi, manusia tinjauan filosofis, dimensi-dimensi kemanusiaan manusia, dan konsep manusia Indonesia seutuhnya.

2.    PENDEKATAN DALAM PENGKAJIAN MANUSIA
Pada awal perkembangannya, ketika ilmu masih merupakan bagian dari filsafat, pengkajian tentang manusia, bersifat monodisipliner. Makna pendekatan monodisipliner adalah, bahwa dalam mengkaji manusia ada satu cabang ilmu pengetahuan yang khusus mengkaji tentang manusia. Akan tetapi dalam perkembangannya orang mulai menyadari bahwa pendekatan monodisipliner dalam mengkaji manusia, terasa tidak mumpuni lagi. Hal ini karena manusia memang merupakan makhluk yang multidimensional. Oleh karena itu dirasa perlu menggunakan banyak disiplin ilmu dalam mengkaji manusia.
Ada 2 pendekatannya :
a.    Pendekatan multidisiplin, adalah suatu pendekatan dalam mengkaji sesuatu dengan melibatkan beberapa disiplin ilmu secara berdiri sendiri.
b.    Pendekatan Interdisiplin, adalah suatu pendekatan dalam mengkaji sesuatu hanya satu orang spesialis bersifat generalis.

3.    BEBERAPA PENGERTIAN TENTANG HAKEKAT MANUSIA
1.    Socrates, menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada budinya, yang memungkinkan untuk menetukan hikmah dan kebaikan. Sementara Plato menonjolkan peran pikir yang melahirkan budi baik. Sedangkan Aristoteles menyatakan hakikat manusia terletak pada pikirnya tetapi perlu dilengkapi dengan hasil pengamatan indra.
2.    Pandangan dari visi Islam sebagaimana tercermin dalam pandangan Al-Jammaly, menyatakan bahwa manusia dan jagad pada hakekatnya merupakan satu kesatuan. Manusia tidak dibenarkan mementingkan kebendaan atau kerohanian secara tidak seimbang. Hakikat manusia merupakan paduan yang menyeluruh antara akal, emosi, dan perbuatan. Manusia bukan Penjelmaan Tuhan tetapi merupakan utusan Tuhan di muka bumi.

4.    MANUSIA : TINJAUAN SECARA EVOLUSI
Evolusi ternyata tidak hanya menyangkut alam semesta, evolusi juga mengena pada manusia dan itupun tidak hanya dalam pengertian biologi saja, melainkan menyangkut pula pengertian dalam bidang kemampuan intelektual, tingkah laku, dan peradaban manusia.
Semenjak manusia menemukan bahasa sebagai alat komunikasi perkembangan kemampuan intelektualnya melampui batas-batas perkembangan evolusi biologisnya. Dengan perkembangan kemampuan bahasa ini selanjutnya manusia mampu mengembangkan tulisan sebagai lambang bunyi bahasa tersebut. Mulai tahap inilah memungkinkan pengetahuan manusia terhimpun, terkomunikasikan, dan terajarkan pada lintas generasi, yang selanjutnya berkembang menjadi ilmu. Dengan demikian kita dapat mengatakan, bahwa semenjak manusia menemukan bahasa dan tulisan telah mulai ada revolusi ilmu dan revolusi dalam pelaksanakan pendidikan.

5.    MANUSIA : TINJAUAN FILOSOFIK
Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk instropeksi guna mencari jawab atas pertanyaan tentang “apakah manusia itu? Dan terbuat atau terdiri atas apakah manusia itu?” Bidang filsafat yang khusus mengkaji masalah ini disebut ontologi atau metafisika. Namun untuk pertanyaan “apakah manusia itu?”, berkali-kali terjadi krisis atas jawaban tersebut.
Barangkali pendefinisian manusia yang belum mengalami krisis adalah pandangan manusia secara animal symbolicum, yang mengandung makna bahwa pemikiran dan perilaku simbolis merupakan ciri yang betul-betul khas manusiawi dan bahwa kemajuan seluruh kebudayaan manusia mendasarkan diri pada hal tersebut. Dengan pendefinisian simbol ini kita menjadi semakin mudah dalam memahami gejala penemuan bahasa manusia, tulisan, dan ilmu serta pengetahuan manusia.
Sedangkan pertanyaan kedua yaitu “terdiri dari apakah manusia itu ?”, terbagi 2 aliran yang bisa menjawabya. Pertama, aliran Monisme, yaitu aliran yang menganggap bahwa seluruh semesta termasuk manusia hanya terdiri satu zat. Kedua, aliran Dualisme, yaitu aliran yang memandang realitas semesta merupakan perpaduan antara zat hidup dan benda mati.

6.    DIMENSI-DIMENSI KEMANUSIAAN MANUSIA.
Kajian ini merupakan pokok kajian antropologi metafisika, mengelompokkan dimensi-dimensi kemanusiaan manusia menjadi 4 bagian :
1.    Manusia sebagai makhluk individu,
2.    Manusia sebagai makhluk sosial,
3.    Manusia sebagai makhluk susila,
4.    Manusia sebagai makhluk religius.

7.    KONSEP MANUSIA INDONESIA SEUTUHNYA
Deskripsi paling rinci tentang Manusia Indonesia Seutuhnya tertuang dalam butir-butir pengamalan Pancasila. Konsep lain tentang deskripsi Manusia Indonesia Seutuhnya dapat dirunut pada tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional pada hakekatnya adalah rumusan manusia baik sebagaimana dikehendaki oleh bangsa Indonesia, pada suatu masa tertentu. Sehubungan dengan itu maka rumusan tujuan pendidikan nasional pun terjadi perubahan dari waktu ke waktu.
Tujuan Pendidikan nasional sekarang mengacu berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 3, dengan bunyi : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Penggalan kalimat terakhirlah yang merupakan deskripsi manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Jenis Metode Strategi Belajar Mengajar


JENIS METODE STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

1.      Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya.
            Kelebihan :
a.       Ceramah merupakan metode yang hemat dan mudah untuk dilakukan.
b.      Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.
c.       Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
d.      Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas.
e.       Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.
Kelemahan :
a.       Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
b.      Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
c.       Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
d.      Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.

2.      Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
            Kelebihan :
a.       Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
b.      Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
c.       Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
Kelemahan :
a.       Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat  menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
b.      Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
c.       Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.

3.      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
            Kelebihan :
a.       Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b.      Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
c.       Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Kelemahan :
a.       Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
b.      Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
c.       Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
d.      Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol.

4.      Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya.
            Kelebihan :
a.       Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
b.      Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa.
c.       Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
d.      Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
e.       Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran.
Kelemahan :
a.       Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
b.      Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
c.       Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.

5.      Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya. Jenis-jenis tugas sangat banyak tergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, menyusun laporan, dan tugas di laboratorium.

6.      Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru.
Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab :
a.       Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
b.      Untuk merangsang siswa berfikir.
c.       Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami.

7.      Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (subsub kelompok).
Kelompok bisa dibuat berdasarkan:
a.       Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas itu sifatnya heterogin dalam belajar.
b.      Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa yang punya minat yang sama.
c.       Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan.
d.      Pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa yang tinggal dalam satu wilayah yang dikelompokkan dalam satu kelompokan sehingga memudahkan koordinasi kerja.
e.       Pengelompokan secara random atau dilotre, tidak melihat faktor-faktor lain.
f.       Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan kelompok wanita.


8.      Metode Problem Solving
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

9.      Metode Sistem Regu ( Team Teaching )
Team Teaching pada dasarnya ialah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru. Sistem regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.
                        Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan metode Team Teaching :
a.       Harus ada program pelajaran yang disusun bersama oleh team tersebut, sehingga betul-betul jelas dan terarah sesuai dengan tugas masing-masing dalam team tersebut.
b.      Membagi tugas tiap topik kepada guru tersebut, sehingga masalah bimbingan pada siswa terarah dengan baik.
c.       Harus dicegah jangan sampai terjadi jam bebas akibat ketidak hadiran seseorang guru anggota tim.

10.  Metode Latihan ( Drill )
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memeperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpiki, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill.
a.       Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan, dan lain-lain.
b.      Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-rumus, dan lain-lain.
c.       Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta, dan lain-lain.

11.  Metode Karyawisata ( Field-Trip )
Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar.
Contoh: Mengajak siswa ke gedung pengadilan untuk mengetahui sistem peradilan dan proses pengadilan, selama satu jam pelajaran. Jadi, karyawisata diatas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.

12.  Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakanakan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk”.
            Keunggulan :
a.       Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran.
b.      Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas.
c.       Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d.      Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
Kelemahan :
a.       Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
b.      Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
c.       Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
d.      Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas.
e.       Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication),

13.  Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
            Keunggulan :
a.       Startegi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b.      Startegi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c.       Startegi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d.      Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.


Kelemahan :
a.       Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b.      Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c.       Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d.      Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

14.  Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning )
Strategi Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan / konteks lainnya.
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.